Wednesday, October 24, 2012

Penghujung Ajang Moccafest


Jum’at, 11 November 2011. Malam sudah merangkak jauh. Jam analog dinotebook ungu kesayangan saya menunjukkan pukul 22.41 Wib. Sempoyong rasanya tubuh ini karena berat di kepala dan mata saya. Kegiatan full seharian ini memaksa otak saya bekerja dengan keras. Redaksi, kegiatan, tugas kuliah yang menumpuk serta obsesi saya memenangkan ajang Moccafest menggebu-gebu dan menyita waktu saya seminggu ini.
Seminggu yang lalu, hari hampir sore. Ketika penat akibat seharian Ujian Tengah Semester dikampus  membuat kalut pikiran saya. Saya berjalan menuju Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Lampung (Unila). Tanpa  sengaja saya menemukan selembar leaflet ajang kreatifitas yang diadakan Kopi ABC berserakan di pelataran acara Mapala funclimbing di depan gedung PKM. Saya yang kebetulan adalah penggiat organisasi dibidang penerbitan tertarik mengikuti ajang ini. Setelah melihat leaflet tersebut, saya memutuskan bertanya untuk informasi lebih lanjut  dan mencicipi satu gelas kecil kopi ABC Mocca gratis di gerai Mocca yang ada di sekitar acara tersebut.
Ada empat ajang lomba yang bisa diikuti. Moccalicious, moccacraft, moccasitus dan moccapella. Pilihan saya langsung tertuju pada moccalicious dan moccasitus. Sesuai hoby saya memasak dan menulis. Jujur, alasan saya sebenarnya hanya mengetes kemampuan menulis dan hoby memasak saya. Jika menang, berarti usaha saya berhasil selama ini. Namun  jika saya kalah, bisa dipastikan masih buruk kemampuan yang saya miliki.
Dengan ramah sore itu seorang Sales Promotion Girl (SPG) di gerai Kopi ABC Mocca memberikan penjelasan kepada saya tentang syarat dan waktu perlombaan. Saya langsung mendaftar menjadi peserta lomba dan diberikan selembar leaflet lagi dengan contact person  panitia atas nama Micko.
Berwaktu-waktu saya mencari ide kreatif untuk memenangkan ajang Moccafest. Namun, karena kemampuan kreatifitas saya yang minim saya tak juga menemukan ide tulisan maupun resep kreatif yang bisa saya kirimkan untuk ajang Moccafest. Saya hampir menyerah. Namun ketika melihat leaflet yang diberikan wanita cantik tempo hari membuat tak kuasa jari-jari saya untuk menghubungi Micko via Short Massage Service (SMS). Entah untuk apa. Saya juga tidak tahu, karena yang saya tanyakan kepada Micko adalah batas waktu pengiriman karya. Jelas saya sudah tahu apa jawabannya. Karena wanita cantik SPG di gerai Kopi ABC tempo hari yang tidak saya ketahui namanya tersebut, sudah memberitahu dan saya masih mengingatnya.
Setiap orang memang memiliki cara berbeda untuk memacu semangatnya. Begitu pula saya. Dan malam itu ketika dipenghujung waktu mendekati waktu batas pengumpulan karya, saya belum menulis satupun kata di notebook saya. Begitu pula resep makanan. Saya hanya sempat membeli dua bungkus Kopi ABC Mocca di warung kecil dekat kampus saya. Hanya itu yang saya persiapkan. Padahal siang tadi, seseorang panitia menghubungi saya untuk konfirmasi fix tidaknya saya mengikuti ajang Moccafest. Saya sudah terlanjur meng-ia-kan.  Dan pantang bagi saya untuk mundur. Namun naas, saya belum juga mendapatkan secuil pun ide kreatif.
Di dalam kamar, Saya kalut. Saya sempat terbengong di depan notebook sambil mencoba menulis judul. Bingung. Satu katapun tidak bisa saya rangkai. Mata kantuk dan otak yang makin lelah membuat saya makin payah. Saya mencoba mendengarkan musik, mengeluarkan handsfree dari dalam tas dan tanpa sengaja saya melihat dua bungkus Kopi ABC Mocca yang sempat saya beli sore tadi. Belum sempat niat memutar musik saya laksanakan. Saya berjalan menuju dapur. Menghidupkan kompor, memanasi air dan menyeduh satu bungkus kopi ABC Mocca ditengah rasa kantuk dan lelah saya.
Jujur, saya memang penyuka produk ABC, seperti sambal, kecap, sampai terasi. Jika dalam bentuk minuman saya selalu memesan kopi ABC Cappucino. Saya belum pernah meminum Kopi ABC Mocca, dalam satu bungkus. Saya hanya sekali mencicipi digerai Moccafest tempo hari. Itupun saya lupa seperti apa rasanya. Mungkin karena dalam jumlah sedikit.
Tapi malam ini, saya mulai menikmati satu sendok kopi saya. Ternyata kopi ABC Mocca jauh berbeda dari segi rasa. Campuran, kopi, susu dan moka begitu pas dilidah saya. Wangi asli kopi robusta yang tertera pada komposisi membuat kantuk saya seketika hilang. Sambil menunggu kopi saya hangat, lagi-lagi saya membuka kulkas. Diam sebentar memikirkan apa yang harus saya olah ditengah malam ini dengan bahan makanan yang memang sudah ada di kulkas. Saya ambil selembar roti tawar, kulit lumpia, pisang kepok, mentega dan susu kental manis. Saya mulai membelah pisang kepok, menggorengnya sebentar di atas mentega panas sampai kekuningan.
Kemudian saya ambil kulit lumpia, dan saya taburi satu sendok serbuk Kopi ABC Mocca diatasnya. Saya tutup dengan roti tawar, dan saya taburi lagi serbuk Kopi ABC Mocca diatas roti tersebut. Saya tutup dengan sepotong pisang yang sudah saya goreng. Saya tuang susu kental manis sedikit dan saya tutup dari sisi-kesisi kulit lumpia, terakhir saya goreng dengan mentega cair panas.
Setelah makanan ala saya matang, saya kembali ke kamar. Saya mulai merangkai kata. Ditemani segelas Kopi ABC Mocca dan satu buah makanan cantik yang saya beri nama, Banana Sweet Mocca Kress. Tepat pukul 23.55 Wib, Sebuah cerita manis terangkai, saya suguhkan diatas layar notebook kesayangan saya. Mungkin tidak kreatif. Tapi, saya menulis dengan fakta. Menceritakan apa yang saya rasakan. Saya akui, saya memang payah. Sangat tidak kreatif. Namun inilah dua karya saya. Secara tidak langsung, dua bungkus Kopi ABC Mocca ini memberikan inspirasi cantik untuk saya.
Tidak peduli, apakah cerita ini diterima atau tidak. Atau mungkin terlalu panjang. Biarlah. Karena ini cerita saya, bagaimana dengan cerita kamu teman ??? J

Natar, 11 November 2011
23.59 WIB

No comments:

Post a Comment